Manusia
dan penderitaan.
Pada kesempatan
kali ini penulis akan menulis tentang manusia dan penderitaan. Penderitaan
dalam Islam didasarkan pada gagasan fundamental dari ketidaksempurnaan hidup
manusia. “Sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dalam kehidupan rasa
sakit, kerja keras dan percobaan (Quran 90:4).” Manusia yang ada di bumi ini pasti
suatu saat mendapatkan ujian/test. Tes tersebut membutuhkan bencana dan
kemalangan.
I.
Pengertian
penderitaan.
Sebelum membicarakan
tentang penderitaan secara luas lagi, mari kita ketahui terlebih dahulu apa
makna dari penderitaan itu sendiri. Penderitaan berasal dari kata derita.
Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra yang artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan itu ada tiga macam yaitu penderitaan yang dialami
secara lahir (fisik), penderitaan yang dialami secara batin (mental/
psikologis), dan yang ketiga gabungan dari penderitaan lahir dan penderitaan
batin (fisik dan psikologis). Penderitaan termasuk realitas dunia dan
manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga
yang ringan. Namun peranan individu Juga menentukan berat tidaknya intensitas
penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum
tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan
akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan
memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan
penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk
tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada urnumnya manusia telah diberikan
tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau
tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian
dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu
tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.
II.
Sebab-akibat.
Tentu
saja penderitaan tidak akan mucul jika tidak ada yang menyebabkannya untuk
muncul. Disini penulis akan lebih membahas tentang sebab – sebab munculnya
sebuah penderitaan. Jika Diklasifikasikan berdasarkan sebab – sebab munculnya
penderitaan manusia itu ada dua, yang pertama yaitu Penderitaan yang timbul
karena perbuatan buruk manusia, dan yang kedua Penderitaan yang timbul karena
penyakit atau siksaan (azab tuhan).
A.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan sesame manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Penderitaan ini kadang disebut dengan nasib buruk. Nasib buruk ini dapat
diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang dapat
memperbaiki nasibnya. Allah SWT berfirman, Aku tidak akan pernah merubah nasib
hambaku, melainkan Hambaku sendirilah yang merubahnya. Sudah jelas Tuhan tidak
akan mengubah nasib hambanya, karena atas usaha hambanya sendirilah yang bias
mengubah nasibnya itu. Adapun perbedaan antara nasib buruk dan takdir, kalau
takdir Tuhan yang menjadi penentunya sedangkan nasib buruk itu manusialah
penyebabnya.
B. Penderitaan yang timbul karena
penyakit atau siksaan (azab tuhan).
Siksaan
dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa
siksaan jiwa atau rokhani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah
penderitaan. siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan
ketakutan.
1. Kebimbangan.
Kebimbangan
dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan
mana yang akan diambil. Misalnya pada suatu saat apakah seseorang yang bimbang
itu pergi atau tidak, siapakah dari kawannya yang akan dijadikan pacar
tetapnya. Akibat dari kebimbangan seseorang berada dalam keadaan yang tidak
menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu. Bagi orang yang
lemah berpikirnya, masalah kebimbangan Akan lama dialami, sehingga siksaan itu
berkepanjangan.
2. Kesepian.
Kesepian
dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya
walaupun ia dalarn lingkungan orang ramai, Kesepian ini tidak boleh dicampur
adukkan dengan keadaan sepi seperti yang dialami oleh petapa atau biarawan yang
tinggalnya ditempat yang sepi. Tempat mereka memang sepi tetapi hati mereka
tidak sepi. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dapat
dialami oleh seseorang. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat
diatasi agar seseorang jangan terus menerus merasakan penderitaan batin.
3. Ketakutan.
Ketakutan
merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin.
Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut
sebagai phobia. Pada umumnya orang memiliki satu atau lebih phobia ringan
seperti takut pada tikus, ular, serangga dan lain sebagainya. Tetapi pada
sementara orang ketakutan itu sedemikian hebatnya sehingga sangat mengganggu.
Seperti pada kesepian, ketakutan dapat juga timbul atau dialami seseorang
walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan hal yang sifatnya
psikis.
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap
kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Namun kesabaran, tawakal, dan
optimisme merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar